Mengenai Saya

- kamar009
- metro, bandar lampung, Indonesia
- calon haji 2018 calon punya istri cantik & soleh calon guru profesional dan teladan 2012 tersenyum,memberi dan menatap dengan hati
membngun ekonoimi indonesia
NERACAJakarta - Bank Indonesia (BI) menilai stress test yang dilakukan IMF terhadap perbankan Indonesia tidak realistis dengan kondisi ekonomi Indonesia ke depan. Sementara dari sisi pemerintah menyepakati jika praktek korupsi menjadi penghambat pertumbuhan ekonomi.
Kepala Biro Humas Bank Indonesia, Difi A Johansyah di Jakarta, Senin menegaskan, pihaknya beranggapan skenario anjloknya ekonomi yang diusulkan tim IMF tidak realistis dengan kondisi ekonomi Indonesia ke depan. Menurut Difi, Bank Indonesia sebenarnya sudah keberatan dengan skenario sangat ekstrim negatif yang dipilih IMF untuk skenario dan metode stress test itu.
Di samping itu, katanya Pemerintah dan BI tentunya tidak akan tinggal diam kalau ekonomi sudah menunjukkan angka yang gawat, karena pasti akan mengambil langkah langkah penyelamatan untuk mencegah hancurnya perekonomian. “Artinya Pemerintah dan BI pasti bertindak pre emptif utk mencegah skenario krisis tersebut terjadi. BI juga berkeberatan kalau nantinya hasil stress test ini disalah artikan di kemudian hari,” katanya.
Sebelumnya stress test IMF yang diumumkan pekan lalu menyebutkan bahwa rasio non performing loan (NPL) perbankan akan tumbuh dari 3,5 % saat ini menjadi 31,5 % pada semester pertama 2011. Menurut Difi, hasil stres tes yang dilansir IMF bukanlah suatu prediksi atau ramalan tapi adalah gambaran yang terjadi kalau ekonomi sudah sangat gawat.
“Hasil NPL yang terjadi akan sangat berbeda kalau baseline skenarionya juga berbeda. Kalau skenarionya lebih positif maka NPL yang dihitung juga akan semakin baik. Dan BI sendiri dalam melakukan stress test menggunakan skenario yang lebih sesuai dengan kondisi perekonomian,” katanya.
Dikatakannya, hasil stress test ini juga dapat dibaca dari sisi lain, yakni ketahanan perbankan nasional sudah sangat baik karena manajemen risiko yang telah diterapkan. Sehingga dalam kondisi ekonomi yang benar benar gawat saja.
“Seperti dalam skenario stress test oleh IMF (GDP negatif, kurs rupiah anjlok), perbankan menghadapi krisis (NPL yang melonjak) yang mana kalau terjadi tidak hanya perbankan tapi sektor keuangan keseluruhan yang akan kolaps. Dan hal ini secara realistis tidak sesuai dengan baseline outlook ekonomi Indonesia ke depan,” katanya.
Untuk diketahui, test stres untuk Indonesia adalah ujian pertama yang dilakukan oleh IMF untuk Indonesia dalam rangka untuk menguji ketahanan sistem perbankan negara itu jika ada krisis.
Stress test diuji terhadap 121 bank dengan menggunakan analisa top-down dan khususnya untuk 12 bank terbesar dengan menggunakan analisis bottom-up.
Analisis bottom-up digunakan pada masing-masing bank untuk menentukan sejauh untuk mengukur dampak dari guncangan makro yang mempengaruhi pertumbuhan kredit, dan tingkat potensi kerugian. Analisis top-down menggunakan sejumlah asumsi dasar dengan kecepatan kontraksi ekonomi pada -5 persen.
Temuan dari stress test menunjukkan risiko kredit adalah gangguan utama sektor perbankan dalam negeri. Berdasarkan analisis top-down, NPL perbankan Indonesia akan naik ke tingkat 31,5 persen pada kuartal pada semester pertama 2011 dari tingkat saat ini sebesar 3,5 persen. Dalam stress test juga disebutkan bank kecil, dengan modal besar dan cadangan likuiditas, akan lebih tahan dari stress test skenario di atas dibanding bank menengah dan bank besar.
Semaikn Pruden
Senada dengan Difi, kajian IMF soal NPL perbankan menurut pengamat ekonomi Aviliani sangat tidak mendasar dan tidak realistis dengan kondisi perbankan Indonesia yang dinilai semakin pruden. “Kajian mereka selalu pesimistis terhadap Indonesia dan karena itu tidak perlu disikapi serius,” kata Aviliani kepada Neraca, Minggu (19/9).
Menurutnya, apa yang disampaikan IMF sangat tidak mendasar dan bukan mencerminkan perbankan Indonesia. Pasalnya, sejak tahun 2003 kondisi perbankan Indonesia sangat baik dan pruden. Terlebih, perbankan Indonesia sangat berhati-hati dalam mengucurkan kredit ke berbagai sektor dan termasuk sektor korporasi yang tergolong kredit macet sangat besar ketimbang sektor UMKM.
Asal tahu saja, sejak krisis ekonomi 1998, kucuran kredit perbankan terhadap sektor UMKM atau sektor riil sangat besar. Dimana sektor UMKM telah menjadi bumper perekonomian yang bertahan dari krisis dan juga pengembalian kreditnya dilakukan dengan benar dan baik ketimbang kredit sektor perusahaan atau konsumsi yang besar kredit macetnya.
Aviliani juga menegaskan, tiga tahun ke depan perekonomian Indonesia diprediksikan masih tetap positif dan bukan negatif sebagaimana analisa IMF akan negatif 5%. Berkaca dari krisis 1998, perekonomian Indonesia tetap positif dibandingkan dengan negara-negara maju dan itu bisa menjadi kepercayaan bagi pemerintah ke depan.
Sementara Wakil Ketua Komisi XI DPR Harry Azhar Azis menyatakan bahwa tidak semua laporan IMF mesti didengarkan dan diimplementasikan. “Khusus laporan IMF mengenai korupsi dan pertumbuhan ekonomi sudah pasti semua pihak setuju, tetapi kalau saran agar BI menaikkan BI rate, saya tidak setuju karena banyak pertimbangannya dan setelah dianalisis itu berpotensi bubble,” katanya.
Ancaman Korupsi
Secara terpisah Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa tidak menolak pendapat IMF bahwa korupsi akan mengancam pertumbuhan ekonomi Indonesia jika tidak ada upaya nyata memberantasnya. “Makanya kita terus berjuang berbenah, makanya Presiden waktu pertama dilantik 2004 kemudian mengeluarkan Inpres nomor 5 tahun 2004,” kata Hatta di Jakarta, Senin.
Ia menyebutkan, upaya menegakkan hukum untuk menciptakan kepastian hukum merupakan salah satu yang mendapat perhatian serius pemerintah untuk dibenahi. Menurut dia, kepastian hukum merupakan satu dari beberapa hal yang memiliki bobot penting terhadap daya saing Indonesia.
“Masalah kelembagaan/institusi, reformasi birokrasi, infrastruktur, kepastian hukum, itu mempunyai bobot yang tinggi. Jadi kita harus berbenah di situ. Fasilitas pajak malah tidak begitu tinggi skornya,” katanya.
(san/anna)
Banyak instrumen dan komponen yang dilihat dan diperhatikan oleh suatu bank didalam menentukan kelayakan calon debitur untuk diberikan kredit usahanya oleh bank, salah satu caranya adalah dengan 5 C (Character, Capacity, Capital, Collateral, Condition), yang melihat kelayakan calon debitur dari tingkah laku, tutur sapa, keramahan, kejujuran, kerjasama dan interaksi dengan marketing officer suatu bank, kemudian dari kapasitas kemampuan calon debitur untuk membayar cicilan bulanan dari usaha yang dijalaninya, serta dari besar kecilnya suatu usaha yang nantinya akan kita bahas melalui neraca dan laporan rugi laba suatu usaha, dengan cara menganalisa rasio keuangan yang akan mendukung kelayakan pembiayaan kredit seorang calon debitur.
Laporan rugi laba dan neraca adalah catatan pembukuan ataupun catatan pembelian dan penjualan suatu barang ataupun jasa dari sebuah usaha yang sudah berjalan secara teratur dan dikerjakan setiap bulannya, walaupun calon debitur tidak melakukannya secara administratif seperti suatu perusahaan yang sudah besar dan maju dengan seorang atau beberapa orang karyawan pembukuan administrasi dan akuntansi, namun kita dapat melihat dari faktur, nota, ataupun catatan pembelian dan penjualan daripada sebuah usaha, dan semua usaha yang berjalan pastilah memiliki catatan pembelian dan penjualan walaupun bentuk catatannya hanya berupa tulisan tangan disebuah buku biasa, minimal calon debitur akan memiliki faktur ataupun nota dari pembelian barang-barang yang akan dijualnya.
Analisis itu sendiri memliki beberapa cara dan tehnik yang sudah teruji baik secara akuntansi maupun secara praktek dilapangannya, dalam hal ini digunakan kedua cara tersebut yaitu cara-cara yang telah ditetapkan dalam pedoman akuntansi perbankan indonesia (PAPI), dalam hal ini penulis memberikan gambaran kondisi calon debitur yang secara teratur dan baik dalam menyusun laporan rugi laba dan neraca sebuah usaha, atau sudah dibantu pembuatannya oleh marketing officer sebuah bank yang tentunya lebih menguasai pembuatan laporan keuangan dan neraca secara hukum perbankan dan seperti yang diinginkan oleh bank pemberi pinjaman.
Untuk dapat memahami dan menganalisa dengan baik laporan keuangan dan neraca tersebut tentunya diperlukan keahlian dan pengetahuan khususnya didalam membuat sebuah laporan rugi laba dan neraca tersebut, karna itulah keahlian yang wajib dikuasai sebelum kita membahas lebih lanjut bagaimana cara menganalisa laporan rugi laba dan neeraca calon debitur, sehingga kita mendapatkan gambaran yang lengkap dan komprehensif mengenai keadaan keuangan dan kekayaan calon debitur, sehingga akhirnya kembali lagi kepada kelayakan pengembalian pinjaman calon debitur sendiri, sehingga calon debitur nantinya benar-benar adalah pengusaha terpilih yang wajib kita berikan pinjaman setelah kita melihat secara mendalam.
Penulis melihat suatu tulisan dalam bidang tersebut dan cocok untuk diberikan serta di download oleh para sahabat ilmuperbankan untuk dapat menambah ilmu dan wawasan dibidang perbankan, dan sebagai persiapan dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat dan saling bersaing, terutama penulis mengharapkan agar para sahabat dapat menjadi proffessional yang sanggup merakit karir sehingga dapat menuju puncak pimpinan dalam dunia perbankan, dan bagi sahabat yang tidak berkecimpung didunia perbankan semoga sahabat semua dapat mengetahui dunia perbankan secara lebih dalam lagi sehingga dapat berhubungan dengan lebih baik lagi dengan dunia perbankan.
Laporan rugi laba dan neraca adalah catatan pembukuan ataupun catatan pembelian dan penjualan suatu barang ataupun jasa dari sebuah usaha yang sudah berjalan secara teratur dan dikerjakan setiap bulannya, walaupun calon debitur tidak melakukannya secara administratif seperti suatu perusahaan yang sudah besar dan maju dengan seorang atau beberapa orang karyawan pembukuan administrasi dan akuntansi, namun kita dapat melihat dari faktur, nota, ataupun catatan pembelian dan penjualan daripada sebuah usaha, dan semua usaha yang berjalan pastilah memiliki catatan pembelian dan penjualan walaupun bentuk catatannya hanya berupa tulisan tangan disebuah buku biasa, minimal calon debitur akan memiliki faktur ataupun nota dari pembelian barang-barang yang akan dijualnya.
Analisis itu sendiri memliki beberapa cara dan tehnik yang sudah teruji baik secara akuntansi maupun secara praktek dilapangannya, dalam hal ini digunakan kedua cara tersebut yaitu cara-cara yang telah ditetapkan dalam pedoman akuntansi perbankan indonesia (PAPI), dalam hal ini penulis memberikan gambaran kondisi calon debitur yang secara teratur dan baik dalam menyusun laporan rugi laba dan neraca sebuah usaha, atau sudah dibantu pembuatannya oleh marketing officer sebuah bank yang tentunya lebih menguasai pembuatan laporan keuangan dan neraca secara hukum perbankan dan seperti yang diinginkan oleh bank pemberi pinjaman.
Untuk dapat memahami dan menganalisa dengan baik laporan keuangan dan neraca tersebut tentunya diperlukan keahlian dan pengetahuan khususnya didalam membuat sebuah laporan rugi laba dan neraca tersebut, karna itulah keahlian yang wajib dikuasai sebelum kita membahas lebih lanjut bagaimana cara menganalisa laporan rugi laba dan neeraca calon debitur, sehingga kita mendapatkan gambaran yang lengkap dan komprehensif mengenai keadaan keuangan dan kekayaan calon debitur, sehingga akhirnya kembali lagi kepada kelayakan pengembalian pinjaman calon debitur sendiri, sehingga calon debitur nantinya benar-benar adalah pengusaha terpilih yang wajib kita berikan pinjaman setelah kita melihat secara mendalam.
Penulis melihat suatu tulisan dalam bidang tersebut dan cocok untuk diberikan serta di download oleh para sahabat ilmuperbankan untuk dapat menambah ilmu dan wawasan dibidang perbankan, dan sebagai persiapan dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat dan saling bersaing, terutama penulis mengharapkan agar para sahabat dapat menjadi proffessional yang sanggup merakit karir sehingga dapat menuju puncak pimpinan dalam dunia perbankan, dan bagi sahabat yang tidak berkecimpung didunia perbankan semoga sahabat semua dapat mengetahui dunia perbankan secara lebih dalam lagi sehingga dapat berhubungan dengan lebih baik lagi dengan dunia perbankan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar